Film Ayo Putus! hadir sebagai adaptasi dari novel populer karya Orizuka yang sempat booming di kalangan remaja pada awal 2000-an. Disutradarai oleh Monty Tiwa, film ini mencoba menangkap gejolak cinta anak muda yang kompleks, manis, dan penuh konflik. Apakah film ini berhasil memenuhi ekspektasi para penggemar lama sekaligus menarik penonton baru?
Sinopsis Singkat: Kisah Cinta yang Tak Biasa
Ayo Putus! mengisahkan tentang Ningrum (Cut Beby Tshabina), seorang siswi SMA pintar dan kalem, yang menjalin hubungan dengan Sayat (Bryan Domani), cowok populer sekaligus bad boy di sekolah. Hubungan mereka tidak biasa karena Ningrum—yang merasa hubungan mereka tidak sehat—malah sering mengajak Sayat putus. Namun, Sayat yang keras kepala selalu berhasil membuat Ningrum ragu atas keputusannya.
Konflik utama muncul saat masa depan, perbedaan prinsip, dan tekanan dari lingkungan mulai menguji kesetiaan dan kematangan mereka. Apakah cinta mereka cukup kuat untuk bertahan?
Akting dan Chemistry yang Meyakinkan
Salah satu kekuatan utama film ini adalah penampilan solid dari dua pemeran utama. Cut Beby dan Bryan berhasil membangun chemistry yang terasa natural dan emosional. Transformasi karakter Ningrum dari gadis pemalu menjadi seseorang yang berani memperjuangkan keputusannya terasa meyakinkan.
Pendukung seperti Carmela van der Kruk dan Daffa Wardhana juga menambah kedalaman cerita dengan subplot yang memperkaya dinamika sekolah dan persahabatan.
Visual dan Musik yang Mendukung Nuansa Cerita
Secara sinematografi, film ini berhasil menangkap suasana remaja urban yang dinamis dengan tone warna hangat. Musik latar yang digunakan juga cukup menggugah, memperkuat momen-momen emosional dalam cerita. Lagu tema yang catchy membuat penonton semakin terbawa suasana.
Adaptasi yang Relevan dengan Masa Kini
Salah satu tantangan film ini adalah bagaimana menghadirkan cerita dari era 2000-an ke dalam konteks remaja sekarang. Untungnya, naskah yang ditulis ulang dengan sentuhan modern tetap mempertahankan esensi cerita asli sambil memasukkan isu-isu kekinian seperti toxic relationship, kesehatan mental, dan tekanan akademis.
Film ini juga memberikan pesan kuat bahwa cinta tidak selalu harus dipertahankan jika tidak membuat kita tumbuh atau bahagia—pesan yang penting untuk generasi muda saat ini.